Rabu, 07 Desember 2016

Tokoh-Tokoh Empirisme Klasik dan Modern

Edit Posted by with No comments
Aristoteles (284-325 SM)
            Adalah generasi akhir dari filsuf-filsuf Yunani. Semasa hidup, Aristoteles telah banyak meninggalkan tulisan, antara lain berkaitan dengan metafisika, politik, biologi, pengetahuan, estetika, logika, dll.
            Aristoteles, awalnya, mengikuti filsafat Plato, namun akhirnya ia bergerak dan menemukan jalan filsafatnya sendiri.
            Sebelum Aristoteles, Democritus (460-360 SM) telah mengemukakan gagasan bahwa pengetahuan bersumber dari pengamatan. Democritus mengemukakan bahwa pengetahuan bersumber dari persepsi. Democritus adalah filsuf yang pemikirannya disebut matrealisme atomic, mekanis, determinis, reduksionis, dan realis representative.

Roger Bacon
Adalah pemikir terbesar zaman Skolastik, karena ia yang pertama dengan tegas mengemukakan perlunya eksperimen untuk mengembangkan dan perlunya ilmu pengetahuan bagi kemajuan. Ia membaca pemikiran Aristoteles dari terjemahan Arab ke Latin.
            Bacon dianggap salah seorang tokoh besar yang membangunkan Eropa dari masa Kegelapan dan melahirkan Renaisans. Meskipun dipengaruhi oleh sejumlah pemikir Islam, namun Bacon memisahkan iman dan nilai-nilai moral dari metode eksperimental. Dengan demikian, Bacon melakukan pemisahan permasalahan etika dengan epistemology (pemisahan ilmu pengetahuan dengan moral)
            Bacon menulis berbagai bidang ilmiah: geografi, alkemi, dan matematika. Ia mengemukakan dalam salah satu karyanya, Opus Magnus ada 4 sebab yang menimbulkan kebodohan :
1. Mengandalkan otoritas yang tidak tepat
2. Pengaruh yang tidak pas dari adat-kebiasaan (kebudayaan)
3. Pendapat massa yang tidak terpelajar
4. Pamer kebijaksanaan yg sesungguhnya cuma untuk menutupi kebodohan (Osborne, 2001: 52)

Francis Bacon (1561-1628)
            Dikenal sebagai Bapak Metode Induktif (empiris-eksperimental) dan menulis buku berjudul Novum Organum (1620 (Alat/Metode Baru) yang ia maksudkan sebagai penolakan terhadap metode logika deduktif Aristoteles.
            Adapun metode empiris-eksperimental Bacon dapat dirumuskan dalam 4 prinsip kerja:
1. Observing (pengamatan)
2. Measuring (pengukuran)
3. Explaining (penjelasan)
4. Verifying (tes ulang benar-tidaknya) (Anshari, 1987: 61)
            Di samping tahapan metode eksperimen, Bacon juga mengemukakan beberapa “idola berpikir” yang mesti dihindari:
1. Idola Tribus (idola prasangka yang dibentuk tradisi, kesukuan); kecenderungan untuk menerima apa yang diberikan oleh tradisi kita (agama, adat, nilai-nilai) tanpa sikap kritis
2. Idola Specus (prasangka individu) yang menyebabkan seseorang terkurung dalam “gua” sendiri disebabkan oleh adanya prasangka pribadi, sehingga seseorang cenderung menarik kesimpulan sendiri dengan selera sendiri.
3. Idola Fori (idola pasar): seseorang yang cepat dipengaruhi orang-orang yang bicara (pandangan massa)
4. Idola Theatri (idola panggung): prasangka pemikiran atau teori dogmatis (memperdaya seseorang), sehingga berakibat menumpulkan daya berpikir kritis.
            Pemikiran Bacon sangat mempengaruhi tradisi empirisme Inggris (Hobbes, Locke) serta pemikir Pencerahan Prancis, seperi Antoine Destutt de Tracy (1797), yang akhirnya menghasilkan konsep ideology, yang ia kemukakan dalam buku Elements d’ideologie yang ditulis antara tahun 1801 dan 1815.

Thomas Hobbes (1588-1679)
            Baginya, pikiran adalah tubuh (otak), sedangkan pikiran (nalar) adalah produk sensasi. Hobbes menerima pandangan dunia ilmiah yang deterministic, dan sangat terkesan dengan tuntutan objektivitas dan kepastian ilmu pengetahuan (seperti kepastian matematik)
            Hobbes juga berbicara tentang filsafat politik. Hobbes ingin membangun filsafat politik yang dapat membantu menciptakan negara yang aman dan adil. Untuk itu, bagi Hobbes masyarakat harus dilihat sebagai arloji, tidak memiliki kebebasan dan tidak bertindak menurut akal budinya, melainkan mekanisme psikis yang ada di dalam dirinya.

John Locke (1632-1704)
            Di bidang filsafat ilmu pengetahuan, dikenal sebagai salah seorang peletak dasar empirisme. Ia terpengaruh oleh pandangan keilmiahan Newton dan filsafat Descartes. Setelah membaca tulisan Descartes, ia tertarik pada filsafat, tetapi justru mengambil jalan yang berbeda dengan mengkritik pandangan rasionalisme Descartes.
            Locke seorang empiris radikal yang membenci metafisika, ini ditunjukkan dari suratnya pada seorang temannya yang mengkritik Leibniz: “Kamu dan saya sama-sama sudah muak dengan permainan seperti ini.”
            Locke menolak gagasan Descartes mengenai ide dan pengetahuan bawaan. Dengan menyatakan, segala sesuatu yang ada pada pikiran kita, berasal dari pengalaman indrawi (sosok tabularasa). Kita lahir sepeti kertas putih dan pengalaman indrawilah yang mengisi otak itu (Raeper, 2000).
            Menurut Locke, semua ide yang berasal dari pengalaman terdiri dari 2 macam:
1. Ide-ide yang berasal dari pengalaman lahiriah atau eksternal (external sensation)

2. Ide yang berasal dari pengalaman batin atau internal (internal sense atau reflexion)

0 komentar:

Posting Komentar