MENGEKSPLORASI MOTIVASI
Seorang pemuda Kanada, Terry Fox, menyelesaikan lari jarak jauh yang luar biasa dalam sejarah (McNally, 1990). Rata-rata dia berlari marathon sejauh 26.2 mil setiap hari selama 5 bulan, dan telah menempuh total 3359 mil. Terry Fox jelas orang yang penuh motivasi karena ia telah kehilangan satu kaki akibat kanker sebelum, sehingga dia dibantu dengan kaki palsu.
Apa Motivasi Itu?
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Terry Fox menyelesaikan larinya karena, ketika ia mengidap kanker, dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa jika dia bisa bertahan hidup maka dia akan melakukan sesuatu untuk membantu mendanai riset kanker. Tindakan Terry Fox dilakukan dengan semangat, punya arah (tujuan) dan gigih (bertahan lama).
Perspektif tentang Motivasi
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda:
1. Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer dkk, 2000).
Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang/ pujian jika mereka selesai menyelesaikan suatu tugas dengan baik.
2. Perspektif Humanistis
Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan hierarki kebutuhan Abraham Maslow, bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi dengan urutan sebagai berikut:
• Fisiologis: lapar, haus, tidur
• Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
• Cinta dan rasa memiliki: keamanan (security), kasih sayang dan perhatian dari orang lain
• Harga diri: menghargai diri sendiri
• Aktualisasi diri: realisasi potensi diri
Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia. Menurut Maslow, aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi dan memperingatkan bahwa kebanyakan orang berhenti menjadi dewasa setelah mereka mengembangkan level harga diri yang tinggi dan karenanya tak pernah ke aktualisasi diri.
3. Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran ini berfokus pad ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001).
R.W. White (1959), mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
4. Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Dalam sebuah studi berskala luas, salah satu factor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak (McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001).
Sumber:
Santrock, J.W. 2004. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: Tri Wibowo BS. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP
Seorang pemuda Kanada, Terry Fox, menyelesaikan lari jarak jauh yang luar biasa dalam sejarah (McNally, 1990). Rata-rata dia berlari marathon sejauh 26.2 mil setiap hari selama 5 bulan, dan telah menempuh total 3359 mil. Terry Fox jelas orang yang penuh motivasi karena ia telah kehilangan satu kaki akibat kanker sebelum, sehingga dia dibantu dengan kaki palsu.
Apa Motivasi Itu?
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Terry Fox menyelesaikan larinya karena, ketika ia mengidap kanker, dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa jika dia bisa bertahan hidup maka dia akan melakukan sesuatu untuk membantu mendanai riset kanker. Tindakan Terry Fox dilakukan dengan semangat, punya arah (tujuan) dan gigih (bertahan lama).
Perspektif tentang Motivasi
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda:
1. Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer dkk, 2000).
Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang/ pujian jika mereka selesai menyelesaikan suatu tugas dengan baik.
2. Perspektif Humanistis
Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan hierarki kebutuhan Abraham Maslow, bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi dengan urutan sebagai berikut:
• Fisiologis: lapar, haus, tidur
• Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
• Cinta dan rasa memiliki: keamanan (security), kasih sayang dan perhatian dari orang lain
• Harga diri: menghargai diri sendiri
• Aktualisasi diri: realisasi potensi diri
Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia. Menurut Maslow, aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi dan memperingatkan bahwa kebanyakan orang berhenti menjadi dewasa setelah mereka mengembangkan level harga diri yang tinggi dan karenanya tak pernah ke aktualisasi diri.
3. Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran ini berfokus pad ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001).
R.W. White (1959), mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
4. Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Dalam sebuah studi berskala luas, salah satu factor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak (McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001).